TARGET24JAMNEWS.COM | SAMARINDA — Umat Katolik di Keuskupan Agung Samarinda, Kalimantan Timur, telah memiliki katedral baru yang diresmikan pada 30 April.
Gereja baru itu dirancang untuk menjadi salah satu ikon indah di kota tersebut, dan desainnya menunjukkan warisan budaya etnis Dayak, sebuah suku terbesar di Kalimantan.
Upacara peresmian Gereja Katedral St. Maria Penolong Abadi ini dipimpin oleh Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Uskup Agung Piero Pioppo dan Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor.
Ribuan umat Katolik termasuk puluhan uskup, imam, biarawati dan para tokoh agama lain menghadiri upacara peresmian tersebut.
“Katedral ini adalah sebuah simbol kebhinnekaan di Kalimantan Timur. Gereja itu membawa kegembiraan bagi semua orang, bukan hanya umat Katolik,” kata Noor.
Pastor Moses Komela Avan, kepala paroki itu, mengatakan gereja baru itu adalah yang terbesar di Kalimantan Timur dan bisa menampung 4.000 umat.
Ia mengatakan desain interior dan exteriornya dihiasi dengan ukiran dan lukisan dari suku-suku Dayak, sementara arsitektur gaya Gothik dan kontemporer bisa terlihat pada menara gereja dan balkon.
“Misi Katolik telah hadir di kalangan orang Dayak selama 114 tahun. Itu menjadi alasan katedral ini didesain sebagai bentuk penghormatan terhadap mereka,” kata Pastor Komela kepada.
Selama upacara peresmian kemarin, warga Dayak dari lima suku membawakan tarian tradisional mereka di hadapan para hadirin termasuk Ignatius Jonan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
“Kita berharap kehadiran katedral baru ini akan memperkuat iman umat dan mendorong lebih banyak umat datang menghadiri Misa,” kata Pastor Komela.
Uskup Agung Samarinda Mgr Justinus Hardjo Susanto MSF mengatakan katedral itu bertujuan untuk menyatukan umat Katolik dari berbagai suku dan menunjukkan penghormatan terhadap warga setempat dan budaya mereka.
“Kehadiran katedral ini dapat memperkuat iman umat Katolik dan menyatukan semua agama, suku dan etnis,” katanya.
Pembangunan katedral
Menurut Pastor Komela, gereja baru itu diperlukan karena katedral lama yang dibangun tahun 1953 hanya dapat menampung 800 umat, sementara jumlah umat Katolik di paroki katedral itu sekitar 7.000 umat.
Pembangunan gereja baru ini dimulai Juli 2017 dan menelan biaya sekitar 60 miliar rupiah.
“Pemerintah provinsi itu menyumbangkan 53 miliar rupiah, sementara sisanya dari para donatur dan umat paroki,” kata Pastor Komela.
Keuskupan agung Samarinda didirikan pada 21 Januari 1961, dan kini memiliki 116.000 umat Katolik yang tersebar di 25 paroki.(RED/UCAN).